Monday, January 6, 2014

Apa yang kita bayangkan jika kita telah berada disuatu tempat yang sebelumnya tak terpikirkan oleh otak kita ataupun tak berangan-angan akan singgah ditempat tersebut. rasa takut, cemas, dan berharap yang hanya menemani setiap orang ditempat itu. lalu, apa saja yang mampu menolong mereka agar terhindar dari rasa cemas,
kegalauan yang panjang, terlebih selamat dari siksa dalam masa penantian yang panjang dan mendapat naungan disisi-Nya? Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda:


بعة يظلهم الله في ظله يوم لا طل إلا ظله: الإمام العادل، مشاب نشأ في عبادة ربه، ورجل قلبه معلق با لمساجد، ورجلان تحابا في الله، اجتمعا عليه وتفرقا عليه، ورجل طلبته امرأة ذات منصب وجمال فقال: إني أخاف الله، ورجل تصدق أخف حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه، ورجلذكر الله خاليا ففاضت عيناه.

“Ada Tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allāh pada hari tiada naungan kecuali naungan dari-Nya: 1. Seorang pemimpin yang adil. 2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allāh. 3. Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid. 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allāh; mereka bertemu dan berpisah karena-Nya. 5. Seorang lelaki yang diajak [berbuat keji] oleh perempuan yang berkedudukan serta berparas cantik, lantas dia berkata: “Aku takut kepada Allah.” 6. Seorang lelaki yang bersedekah seraya dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. 7. Dan seorang lelaki yang berdzikir/mengingat Allāh dalam keadaan sendirian lalu mengalirlah air matanya.” (HR. Bukhari: 660 dan Muslim: 1031).

Dari hadist di atas memberikan kabar sekaligus solusi kepada umat muhammad selamat dari prahara di padang mahsyar. Dari 7 golongan tersebut, merupakan contoh dan tauladan yang semestinya kita amalkan pada zaman ini. mengingat besar dan bahaya nya fitnah yang telah mendominasi, baik itu fitnah syubhat maupun fitnah syahwat, maka kandungan hadist di atas mengantarkan kita untuk segera beramal melalui sifat golongan yang telah Rosulullah gambarkan melalui hadistnya.
Adapun cara agar terhindar dari marabahaya dan kecemasan di padang mahsyar adalah:

 1. Menjadi pemimpin yang adil.
Sebenarnya setiap manusia adalah pemimpin, yaitu pemimpin bagi anggota tubuhnya untuk merintahkan ataupun menahan sesuatu yang tidak baik  ataupun yang buruk untuknya. Dan setiap suami adalah pemimpin, yaitu pemimpin bagi istri dan anaknya.

كللكم راع فمسؤل عن رعيته فالامير الذي على الناس راع وهو مسؤل عنهم. والرجل راع على اهل بيته وهو مسؤل عنهم. والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسؤلة عنهم. والعبد راع على مال سيده وهو مسؤل عنه، الا فكلكم راع و كللكم مسؤل عن رعيته
“setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya”. (HR.  Bukhori)

 Pemimpin dari lingkup yang terkecil hingga tingkatan tertinggi yaitu khalifah, ia akan dituntut untuk berbuat adil terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang suami akan dituntut untuk berlaku adil pada istri dan anaknya, seorang ketua prajurit akan dituntut akan keadilan yang diberikan kepada prajuritnya, dan seorang khalifah, penguasa akan dituntut keadilannya jika berlaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Tetapi jika mereka berbuat adil dan munculnya rasa aman dan tentram dari buah keadilannya, maka Allah akan menaunginya tatkala tidak ada naungan selain nangan dari-Nya.

 2. Pemuda yang tumbuh pada ketaatan kepada Allah ta’ala
Hari ini mencari pemuda yang memiliki ketaatan yang tinggi kepada Rabbnya seperti mencari emas didalam lumpur. Susah untuk didapat. Jika mencari pemuda yang terkotori oleh fitnah syubhat dan syahwat sangat banyak sekali . Terlebih diperkotaan yang segala fasilitas seolah memanjakan mereka.

Menumbuhkan seorang anak sehingga nantinya menjadi pemuda yang taat kepada Allah, tak seperti membalikkan tangan. Perlu perjuangan keras memberikan asupan gizi nurani dan suplemen islam agar hatinya tunduk patuh terhadap segala perintah yang telah ditetapkan. Maka bermula dari keluargalah pemuda tersebut tumbuh. Besarnya perhatian kedua orang tualah yang akan mempengaruhi anaknya nanti, apakah menjadi pemuda yang shalih atau durhaka.

Dirosah keluarga harus ada dan menjadi benteng kokoh menghadapi berbagai godaan yang menyerang pemuda hari ini. tak peduli betapapun waktu dan tenaga dicurahkan selama hal itu untuk kebaikan kedepan. Karena jika tak ada pengorbanan, maka tak ada hasil esok yang didapatkan, terlebih masalah akhirat.

3.Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid.
Masjid hari ini telah banyak dibangun. Dari satu desa saja bisa memiliki 6-7 masjid. Belum lagi jika satu kota. Tapi seiring dengan banyaknya masjid yang telah berdiri, akankah juga banyak orang yang hatinya terpaut pada masjid? Jawabannya tidak. Melihat dari fakta hari ini, sebagian kaum muslimin dari niatan membangun masjid saja sudah salah. Membangun masjid untuk berlomba-lomba saja, membesar-besarkan ukurannya tapi mengabaikan untuk memakmurkannya. Ada juga masjid hanya boleh jama’ah suatu kelompok saja yang sholat disana. Diluar kelompoknya dilarang. Apakah ini hasil dari banyaknya masjid yang tumbuh subur ditengah kaum muslimin?

Maka sudah selayaknyalah kita meneladani sejarah salafushalih yang menjadikan masjid sebagai terminal perubahan yang mengantarkan kepada ridho Allah ta’ala. Memakmurkannya merupakan hal terpenting dibangunnya masjid. Tak ada artinya jika masjid besar tapi mati dari kegiatan. Dengan memakmurkannya meski dibarengi dengan kesibukan dunia, berharap Allah memasukkan mereka kedalam golongan yang terpaut hatinya kepada masjid. Karena keterpautan itu, walaupun ia tidak selalu didalam masjid, tapi hatinya selalu ingin berada dimasjid, memakmurkannya dan tentram jika berada didalamnya. Hasilnya, insya Allah Dia memasukkannya kedalam golongan seorang yang hatinya terpaut kepada masjid.

4.Dua orang yang saling mencintai karena Allāh; mereka bertemu dan berpisah karena-Nya.
Inilah buah cinta yang hakiki dan cinta yang sempurna. Tak ada cinta yang lebih nikmat dirasakan kecuali dilandasi atas dasar cinta kepada Allah ta’ala. Karena cinta kepada-Nya atau cinta karena-Nya merupakan ikatan tali yang kokoh dan kuat.
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi).
cinta hanya karena dunia, kecantikan, atau harta, adalah cinta yang takkan bertahan lama. Ia akan cepat luntur seiring kecilnya ia cinta kepada-Nya. Tapi cinta yang kekal abadi adalah dimana seseorang meletakkan cinta hanya kepada-Nya. Hasilnya pun ketika mencintai saudaranya karena Allah, ketika bertemu karena Allah dan berpisahpun karena-Nya.

Begitu agungnya masalah cinta yang hakiki ini, sampai para Nabi dan Syuhada pun begitu cemburu kepada mereka.

إن من عباد الله عبادا ليسوا بأنبياء، يغبطهم الأنبياء والشهداء، قيل: من هم لعلنا نحبهم؟ قال: هم قوم تحابوا بنور الله من غير أرحام ولا أنساب، وجو ههم نور على منا بر من نور، لا يخافون إذا خاف الناس، ولا يحزنون إذا حزن الناس، ثم قرأ:
ألا إن أوليـاء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون۝
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang bukan Nabi, tetapi para Nabi dan Syuhada merasa cemburu terhadap mereka. Ditanyakan : “Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka. Nabinya menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah mereka tidak taku di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di saat manusia bersedih. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membacakan ayat : “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Yunus : 62). Shahih, at-Tirmidzi (2390) dan Ahmad (V/236-237) dari jalur Ja’far bin Barqan).

Dalam hadist Qudzi Allah berfirman:
المتحابون في جلالي لهم منابر من نور يغطهم النبيون والشهداء
“Allah berfirman : “Orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu, bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat cemburu para Nabi dan Syuhada”. Muslim (XVI/123, an-Nawawi), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Jibril pun sangat memuliakan manusia yang memiliki cinta yang hakiki dengan berseru “Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril menyerukan kepada penghuni langit : “Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka penghuni langit pun mencintainya, kemudian diberikan kepadanya penerimaan yang baik di kalangan penduduk bumi”. Hasan, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (594), ad-Dulabi dalam al-Kuna (I/150 dan II/7) dan al-Baihaqi (VI/169).
Dan ketika di padang mahsyar Allah memberi jaminan untuk menaungi orang-orang yang selalu cinta karena-Nya.

5 Seorang lelaki yang diajak [berbuat keji] oleh perempuan yang berkedudukan serta berparas cantik, lantas dia berkata: “Aku takut kepada Allah.”
Sifat muroqobah yang menghasilkan diri yang selalu diperhatikan oleh sang Maha Melihat. Dimana pun tempat dan bagaimana pun keadaannya, ia takkan mudah tergoda. Meski nafsu mengajar kepada yang keji, tapi jiwa yang terselimuti sifat muroqobah menjadikan ia dapat mengendalikan nafsunya.
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf: 53).

Begitu besarnya ia takut kepada Allah walaupun nafsu yang ada didalamnya bergejolak tak karuan. Karena sifat alamiyah dari manusia tak dapat dibendung, yaitu condong kepada sesuatu yang nikmat. Tapi karena hati yang ternaungi muroqobah, semua itu menjadi kecil dan hina dihadapannya.

    6.Seorang lelaki yang bersedekah seraya dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

Keikhlasan adalah barang mahal yang patut dipertahankan. Ada waktunya memang menampakkan sedekah kepada orang lain agar mereka termotivasi untuk sedekah pula. Namun syetan dengan berbagai hembusan godaannya akan mampu melencengkan niatan suci menjadi keji. Maka perlu menjaga niat dengan bersembunyi ketika bersedekah. Sedekah ini adalah sedekah yang mubah. Bukan kepada sedekah wajib yang harus ditampakkan barangnya kepada amil zakat.
Marilah kita jaga amalan shodaqoh, agar keikhlasan dalam amalan tetap terjaga dan semoga masuk pada golongan yang mendapat naungan-Nya.

7. Dan seorang lelaki yang berdzikir/mengingat Allāh dalam keadaan sendirian lalu mengalirlah air matanya.”
Menghadirkan hati agar luluh mengingat-Nya adalah perkara yang sulit. Hati yang bersih dari maksiatlah yang mudah leleh ketika berdzikir kepada-Nya. Mengalirkan air mata tatkala sendiri dalam berdzikir kepada-Nya merupakan wujud perendahan diri dan kekuatan besar untuk ruhiyah yang haus akan kasih sayang-Nya. Seseorang tak kan mampu jika hidupnya dikelilingi dosa. Karena ketika maksiat dilakukan, dosa hasil dari maksiat tersebut akan mengeraskan hati. Sehingga akan sulit hati tersebut leleh dan meneteskan air mata.

Kembali kepada ketaatan dan menjauhi maksiat adalah cara agar hati ini cepat tersentuh dan sensitive terhadap perintah-perintah yang datang dari-Nya. Lihat lah para salaf, mereka sangat mudah sekali meneteskan air mata ketika dibacakan ayat-ayat Allah ta’ala. Bahkan ada yang tidak sanggup lagi jika ayat tersebut dibacakan. Ketaatan dan menjauhi maksiat merupakan sumber kehidupan dan nutrisi bagi hati. Perwujudan hamba yang takut, cemas kemudian berharap dan menteskan air mata membuat Allah iba kepada hamba tersebut. wal hasil Allah bebaskan hamba ini dari kesusahan di padang mahsyar nanti.

Demikianlah 7 cara agar terhindar dari dahsyatnya di padang mahsyar. Hanya pertolongan Allah lah yang dapat menyelamatkan kita. Tinggal bagaimana kita memancing agar Allah menolong kita adalah dengan beramal sebagaimana apa yang telah disampaikan melalui sunnah-Nya.
Wallahu a’lam bisyowab

Ahmad hanif, STID Muhammad Natsir
Bekasi, bumisani permai






0 comments:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search